Amirul Mukminin Umar bin Khattab pada suatu hari menerima surat-surat dari gubernur dari wilayah kekuasaan Islam. Setelah dibaca ternyata dua surat itu dikirim oleh satu orang yang sama, yaitu seorang gubernur yang hendak memberi kabar pada beliau sebagai kepala negara.
Sang gubernur sejatinya mengirim surat-surat itu pada tanggal dan bulan yang berbeda, namun entah mengapa keduanya datang bersamaan.
Di sisi lain, Amirul Mukminin juga kebingungan manakah sebenarnya yang pertama dikirimkan dan mana pula yang kedua? Sebab tak ada tahun yang tertulis pada kedua surat itu.
Atas insiden tersebut maka terbetiklah sebuah gagasan agar kaum muslimin memiliki penanggalan tahun, sehingga kejadian seperti ini tak terulang lagi.
Beliau lantas mengumpulkan para sahabat dan meminta pendapat dari kapan perhitungan tahunnya umat Islam ini hendak dimulai.
Aneka pendapat diajukan. Ada yang kemukakan ide agar tahun satu itu dimulai pada tahun kelahiran Rasulullah. Ide lain yaitu tahun Isra Miraj. Ada pula yang berpendapat tahun wafatnya Rasulullah.
Dari semua prakarsa tersebut, ternyata buah pikiran Sahabat Ali yang diterima. Yaitu memulai perhitungan dari peristiwa pembangunan masjid Quba yang terjadi saat Rasulullah hijrah. Di sinilah kecerdasan Sahabat Ali terbukti. Rupanya beliau berlandaskan kepada Surat At-Taubah ayat 108,
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ
Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya.
Penyebutan awwali yaumin (hari pertama) dalam ayat di atas adalah isyarat dari Allah bahwa peristiwa tersebutlah yang pantas untuk menjadi tahun pertama dalam hitungan yang akan dimulai itu.
Pula, kalimat sebelumnya adalah takwa, juga mengandung makna bahwa setiap manusia barulah dianggap menjadi hamba untuk tahun pertamanya jika ia sudah bertakwa dengan sebenar-benarnya.
Maka dahulu ada seorang kakek ditanya oleh Khalifah Umar tentang berapakah usianya. Lalu sang kakek menjawab bahwa ia baru berusia empat tahun!
Khalifah bertanya lagi apa maksud jawaban tersebut. Lantas sang kakek menjawab kembali, karena baru empat tahun yang lalu ia bertakwa di jalan Allah dengan sesungguh-sungguhnya. Sehingga ia menganggap seolah-olah empat tahun silam itu adalah tahun pertamanya sebagai hamba.
Maka jika pertanyaan ini ditujukan kepada kita, berapa tahun usia kita sejatinya?
Memasuki tahun baru kali ini, marilah kita maknai tahun baru kali ini dengan tekad kuat untuk memperbaiki ketakwaan kita kepada Allah. Karena tahun Hijriah berkaitan dengan takwa.
Al Malangi 1 Muharram 1445 H.
0 komentar:
Posting Komentar