Materi Al-Qur'an

Berisi tentang materi Al-Qur'an beserta perangkatnya.

Materi Hadist

Pelajaran tentang Hadist beserta perangkatnya.

Materi Sirah

Berisi tentang Sirah Sahabat dan cerita hikmah.

Minggu, 31 Juli 2022

Mujahadah An-Nafs

 

Pentingnya Mengendalikan Diri

(Mujāhadah an-Nafs)





A. Q.S. Al-Anfāl/8: 72

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَنَصَرُوْٓا اُولٰٓئِكَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يُهَاجِرُوْا مَا لَكُمْ مِّنْ وَّلَايَتِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ حَتّٰى يُهَاجِرُوْاۚ وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِيْ الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ اِلَّا عَلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيْثَاقٌۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ﴿الانفال: ٧٢﴾

1.      Kajian Tajwid

No.

Kalimat

Bacaan

Sebab

1.

مَا لَكُمْ مِنْ وَّلَايَتِهِمْ

Idgam Bigunnah

نْ bertemu و

2.

مِّنْ شَيْءٍ

Ikhfa

نْ bertemu ش

3.

قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ

Iqlab

Tanwin bertemu ب

4.

وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ

Idgam Mutamaṡilain

مْ bertemu م

5.

بَصِيْرٌ

Mad Ariḍ Lissukūn

Mad berada di akhir ayat


2.  Asbabul Nuzul

·   Ayat ini turun sebagai jawaban dari pertanyaan kaum muslim, “Bagaimana kalau kami memberi dan menerima harta waris dari saudara kami yang musyrik?”.

·      Ayat ini diturunkan sebagai jawaban bahwa antara mukmin dan kafir tidak saling mewarisi harta.

3.  Terjemah

Sesungguhnya  orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak adakewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

             (Q.S. Al-Anfāl/8: 72)

4.      Isi Kandungan

a)    Menjelaskan hubungan yang harus dijalin antarsesama umat Islam dalam membentuk tatanan umat yang kuat dan kokoh.

b)      Jalinan kasih dan sayang, senantiasa saling melindungi harus selalu dibina antarkaum muslim.

c)      Sesama orang beriman harus saling membantu, menolong, dan memperkuat, terutama saat-saat menghadapi  musibah atau kesulitan.

Perlu kesungguhan bagi setiap muslim untuk bersama-sama memikul beban berat perjuangan, saling menolong dan melindungi, baik melalui harta maupun jiwa’

d)      Pada setiap kurun atau masa akan selalu ada sekelompok umat yang mementingkan diri-sendiri, tidak mau berbagi dan peduli, apalagi berkorban dengan harta dan jiwa mereka.

e)      Keberhasilan dan kesuksesan dipengaruhi komitmen yang tinggi, ikhtiar yang  sungguh-sungguh, kontrol diri yang terus terjaga (stabil), dan kebersamaan dalam merasakan suka dan duka.

f)       Perlunya umat melakukan hijrah disaat menghadapi situasi dan kondisi yang serba tidak menentu.


B.     Kajian Hadist

 عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةْ اِنَّمَا
الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخارى ومسلم)

Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang kuat bukanlah orang yang (biasa menang) saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

 1. Makna Hadist

No.

Kata

Makna

Kata

Makna

1.

لَيْسَ

Bukan, tidak

الصُّرْعَةِ

(pandai,
menang) berkelahi, bergulat

2.

الشَّدِيْدُ

Kuat, tangguh

اِنَّمَا

Tetapi (sebenarnya)

3.

 يَمْلِكُ

Mengendalikan

عِنْدَ

Saat, ketika

4.

نَفْسَهُ

Hawa nafsunya

الْغَضَبِ

Marah


2. Makna dan Kandungan Hadist

Ø  Islam memberi pengertian yang berbeda tentang siapa orang yang dapat diberi julukan sebagai orang yang kuat atau tangguh.

Ø  Pentingnya kontrol diri atau mawas diri ketika meniti kehidupan.

Ø  Kemenangan dan keberhasilan hanya dapat diraih oleh orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya saat marah, dan selalu meningkatkan kesabaran saat ditimpa musibah, masalah, dan duka nestapa.


A.     Isi Pokok Kajian Al Qur’an dan Hadist

Ø                Ø  Jalan kebenaran; petunjuk yang diturunkan oleh Allah swt.

Ø  Jalan hawa nafsu; jalan yang diprakarsai oleh setan dan hawa nafsu.

Ø  Melawan hawa nafsu; mengikuti jalan Allah swt. dengan penuh perhitungan dan kesabaran.

Ø  Orang yang selalu mengikuti hawa nafsu; orang yang menuruti keinginan nafsu untuk berbuat maksiat kepada Allah swt.

Ø  Hawa nafsu harus dikendalikan (kontrol) agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan dan jauh dari rahmat Allah. 

Ø  Imam Al-Ghazali membagi nafsu menjadi 4: (a) keserakahan nafsu terhadap harta (b) nafsu amarah yang akan membutakan hati (c) kesenangan duniawi (d) nafsu syahwat.

B.     Kesimpulan

Ø  Allah swt. dan Rasul-Nya menjelaskan kepada umat Islam tentang pentingnya Mujāhadah an-nafs atau biasa dikenal dengan istilah kontrol diri.

Ø  Mujāhadah an-nafs artinya seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang ada di dalam dirinya.

Ø  Bentuk dari Mujāhadah an-nafs berdasarkan Q.S. Al-Anfāl/8: 72 adalah orang yang mau berhijrah dan berjihad di jalan Allah swt.

Ø  Berhijrah artinya berpindah dari suatu keadaan yang tidak baik  menjadi baik dan itu memerlukan kesungguhan yang luar biasa dengan melawan hawa nafsu.

Ø  Berjihad artinya berjuang di jalan Allah swt., bisa berupa harta, tenaga, bahkan nyawa

C.     Sikap yang harus dikembangkan

ü  Untuk meraih kesuksesan dibutuhkan komitmen yang tinggi dari seluruh komponen umat, baik pikiran, tenaga, harta, bahkan jiwa dan raga.

ü  Tradisi diaspora, menjelajahi kawasan dunia, ekspedisi, dan eksplorasi harus ditumbuhkembangkan di kalangan umat Islam, mengikuti tradisi umat Islam dahulu.

ü  Kontrol diri, menata keluarga dan umat yang dilakukan secara sungguh-sungguh menjadi kunci keberhasilan dan kesuksesan umat Islam, baik untuk masa kini dan esok.

ü  Bahu-membahu dan saling melindungi, menolong, dan membantu antarsesama umat Islam sangat diperlukan dalam ikhtiar menggapai dan menuju kemuliaan Islam dan martabat umat Islam.

ü  Setiap kehidupan pasti dilingkupi keburukan, halangan, dan rintangan yang terkadang sangat menyulitkan dan menyesakkan dada.

 

Disarikan oleh : Mochamad Amin,S.PdI


Fatimah Binti As’ad RA.

                    

‘’ Kupakaikan gamisku kepadanya agar dia bisa memakai pakaian surga ‘’ ( Muhammad Rasulullah Saw).

Shahabiyah yang teramat mulia. Allah memberikan banyak sifat mulia dan keistimewaan yang sama sekali belum terpikir oleh siapapun. Kiprahnya dalam proses perjuangan Islam terukir indah dalam sejarah.

Dialah wanita yang mendidik Rasulullah saw. Setelah Abdul Muthalib ( kakek Rasul ) meninggal dunia.

Dialah ibu dari pejuang gagah berani, Khalidha Rasidah keempat, Ali bin Abu Thalib ra.

Dialah nenek dari dua pemuda pemimpin para pemuda surga, Hasan ra. Dan Husain ra.

Dialah ibu dari pahlawan gagah berani yang gugur sebagai syahid dan lalu Rasullulah melihanya terbang dengan dua sayapnya di surga, satu dari tiga panglima perang Mu’tah, Ja’far bin Abu Thalib ra.

 Dia juga mertua dari wanita terbaik di zamannya, Fatimah binti Rasulullah saw.

Sungguh seorang wanita yang diberi banyak keistimewaan dan kelebihan. Dilah shahabiyah agung yang bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf  Al- Hasimiyah. Ibu dari Ali bin Abu Thalib ra. Dan ibu mertua Fatimah. Ia masuk Islam, ikut dalam rombongan pertama yang hijrah ke Madinah. Wanita dari Bani Hasyim yang melahirkan anak laki-laki bernasabkan Bani Hasyim.

Sejenak kita renungkan.

Sebelum kita lanjutan perjalanan indah ini, sengaja saya ajak pembaca sekalian untuk merenungkan kiprah penting shahabiyah mulia ini dalam usahanya memperjuangkan Islam.

Rasulullah saw. Pernah bersabda, ‘’Barang siapa menyiapkan seorang tentara ( untuk berperang ) di jalan Allah, maka dia sudah berperang. Dan barang siapa mengurus keluarga yang ditinggal perang dengan baik , maka dia sudah berperang pahalanya sama dengan pahala berperang secara langsung.

Riwayat lain menyebutkan, ‘’ Barang sipa menyipakn tentara ( untuk berperang ) di jalan Allah, maka ia mendapatkan pahala seperti yang di dapat oleh tentara itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala tentara tersebut.

Rasulullah juga bersabda, ‘’Aku dan pengurus anak yatim di surga, seperti ini, beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan dua jari itu.

Lantas, bagaimana dengan wanita yang mengurus anak yatim termulia dan teragung, yang tidak lain adalah Nabi kita sendiri; Muhammad saw. Dimana keyatiman beliau sekaligus mengangkat derajat semua anak yatim.

Pernahkah kita membayangkan kemuliaan shahabiyah agung ini, yang telah mengurus Nabi kita dengan sepenuh jiwa dan raga? Bahkan, nyawa pun rela ia pertarukan demi keselamatan Rasulullah.

Jika kita tahu bahwa dia adalah wanita dari suku Quraisy, maka keheranan kita sedikit terobati. Lihatlah predikat wanita Quraisy yangdisabdakan Nabi saw., ‘’ wanita Quraisy jago menunggang unta. Wanita Quraisy yang paling baik adalah yang paling sayang kepada anak kecil dan menjaga harta suami dengan baik’’

Dari sini kita mulai.

Setelah orang tua Nabi saw. Meninggal dunia, beliau dirawat oleh kakekknya ( Abdul Muthalib ) yang sangat menyayanginya. Tidak lama kemudian, Abdul Muthalib merasakan ajalnya sudah dekat, maka ia berpesan kepada anaknya untuk merawat Nabi saw dengan baik. Pilihan ia jatuh kepada Abu Thalib karena ayah Nabi ( Abdullah ) dan Abu Thalib adalah saudara seayah dan seibu. Selain itu, Abdul Muthalib merasakan bahwa istri Abu Thalib sangat penyayang. Maka yang bisa merawat Muhammad dengan penuh kasih sayang hanyalah wanita ini.

Akhirnya Abdul Muthalib meniggal dunia, dan Nabi pindah ke rumah Abu Thalib. Di rumah itu, Rasulullah mendapatkan wanita yang penuh kasih sayang, sehingga beliau merasakan bahwa wanita itu adalah ibu keduanya.

Fatimah binti As'ad ra. Merawat dan menjaga dengan penuh kasih sayang, bahkan melebihi anak kandungnya sendiri.

Berkah mulai dirasakan keluarga Abu Thalib.

Abu Thalib dan keluarganya hidup serba kekurangan. Anak-anak mereka tidak pernah makan sampai kenyang. Namun, setelah Nabi tinggal di rumah mereka, kondisi itu berubah. Terutama saat makan dan Nabi ikut makan bersama mereka. Makanan yang terlihathanya sedikit, namun bisa membuat kenyang semua anggota keluarga.

Jika mereka makan tanpa Nabi, mereka tidak merasa kenyang. Tapi, ketika Nabi ikut makan bersama mereka, mereka bisa merasa kenyang. Sehingga, ketika tiba waktu makan,Abu Thalib melarang seluruh anggota keluargamakan sebelum Nabi memulainya.

Jika mereka sedang minum susu, maka Nabi dipersilahkan minum susuitu terlebih dahulu. Meskipun susu itu hanya satu gelas, cukup untuk mengenyang seluruh anggota keluarga. Hingga Abu Thalib berkata kepada Nabi, ‘’ engkau anak yang diberkahi ‘’

Saat bangun tidur, anak-anak Abu Thalib mukanya kusut dan rambutnya awut-awutan. Berbeda dengan Nabi, beliau bangun tidur di pagi haridalam keadaan sudah rapi, bahkan ranbutnya sudah berminyak dan tersisir rapi.

Kasih sayang semakin bertambah.

Inilah berkah yang pertamakali ia rasakan oleh Fatimah binti Asad dalam keluarganya. Ia hampir tidak mempercayai apa yang ia lihat. Tapi itu semua nyata. Kini ia semakin sayang kepada Nabi hingga Nabi merasakan bahwa limpahan kasih sayang yang diberikan oleh Fatimah binti Asadadalah pengganti kasih sayangibunya yang sudah wafat.

Fatimah binti As'ad merawat Nabi sejak anak-anak hingga menjadi pemuda, dengan penuh kasih sayang dan kemuliaan. Hingga Nabi menikah dengan Khadijah.

Fatimah binti Asad sering mendengar apa yang dibicarakan orang-orang, juga dari suaminya ( Abu Thalib ) bahwa keponakannya itu diberi kemuliaan besar.

Ia juga mendengar berkah yang diterima Muhammad muda ketika pergi berdagangbersama suaminya ke Syam. Dari Maisarah ( laki-laki pembantu Khadijah ), ia juga mendengar sifat-sifat baik yang dimiliki Muhammad muda, saat menjalankan bisnis Khadijah ra  ke negeri Syam.

Permata hatinya di rumah Rasulullah saw.

Lihatlah bagaimana Fatimah binti Asad mendorong anaknya ( Ali bin Abu Thalib ) untuk tinggal bersama Rasulullah. Ia melihat Rasulullah sebagai ayah yang penuh kasih sayang. Ia juga melihat bahwa sebelum ini Rasulullah sangat perhatian kepada Ali.

Dikisahkan bahwa Fatimah binti As'ad berkata, ‘’ ketika bayi lahir, Rasulullah memberinya nama Ali. Lalu beliau meludah di mulutnya, memasukkan lidahnya ke mulut bayi itu. Bayi itu terus mengisap lidah Nabi hingga Ali tertidur. Esok harinya, kami mencarikan ibu susuan. Namun Ali tidak mau menerima sus wanita manapun.kami memanggil Rasulullah,beliau memasukkan lidahnya ke mulut Ali, lalu Ali mengisapnya hingga tertidur. Itulah kehendak Allah swt.

Sejarawan ibu Ishaq menulis, ‘’ Diantara nikmat dan kebaikan yang diberikan Allah kepada Ali ra. Adalah tercukupinya kebutuhannya, padahal Abu Thalib memiliki tanggungan keluarga yang cukup banyak. Ketika itu, orang-orang Quraisy ditimpa paceklik. Muhammad muda berkata kapada Abbas (satu dari pamannya) yang hidupnya kecukupan, ‘’ Paman Abbas, paman Abu Thalib memiliki tanggungan keluarga yang cukup banyak. Dan paman tahu, ini masa paceklik. Bagaimana kalau kita meringankan beban paman Abu Thalib. Aku menanggung satu anaknya, dan paman Abbas menanggung satu anaknya? ‘’Abbas setuju. Lalu mereka datang ke rumah Abu Thalib dan mengutarakan maksud kedatangan mereka. Abu Thalib setuju seraya berkata, ‘’ terima kasih atas kebaikan kalian. Silakan, pilih dari anak-anakku, asalkan jangan Aqil. ‘’

Muhammad muda memilih Ali dan Abbas memilih Ja’far. Ali tinggal di rumah Muhammad, hingga beliau diangkat menjadi Nabi, dan Ali langsung mengimani apa yang didakwahkan Rasulullah.

Kebahagiaan itu datang juga.

Detik-detik yang ditunggu oleh alam semesta akhirnya datang juga. Muhammad diutus sebagai Nabi untuk menyebarkan cahaya dan kebaikan. Muhammad diangkat sebagai Nabi untuk menyelamatkan manusia dari kehinaan syirik dan kekafiran.

Ketika Allah menurunkan firman-nya, ‘’ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. ‘’ ( As-Syuara’ : 214 ), Rasulullah langsung menyeru keluarga beliau menuju kapada kebaikan  dunia dan akhirat. Dan Fatimah binti Asad termasuk orang-orang yang tanpa ragu mengikuti seruan Rasulullah. Ia ucapakan dua kalimat syahadat, ‘’ Laa Ilahaa Illallah, Muhammadur Rasulullah ‘’. Semangat dua kalimat syahadat mengalir ke setiap aliran darahnya. Sementara suaminya ( Abu Thalib ) meminta maaf karena belum bisa masuk Islam. Semua anak Fatimah masuk Islam, tidak ketinggalan Ali bin Abu Thalib.

Allah mengubah yang sulit menjadi mudah.

Fatimah binti Asad menjalani kehidupan baru. Kehidupan yang dengan penuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-nya yang sejak kecil ia rawat dengan penuh kasih sayang. Ajaran-ajaran Islam ia terima dengan baik séhingga ia merasakan kebahagiaan yang selama ini belum penah ia rasakan.

Akan tetapi musuh-musuh Islam selalu mengintai kondisi kaum muslim. Mereka marah karena keyakinan mereka diusik. Mereka tumpahkan kemarahan mereka itu kepada kaum muslimin.

Ketika Rasulullah saw. Mengetahui penderitaan yang menimpa kaum muslimin, beliau mengizinkan mereka hijrah ke Habasyah. Di sinilah Fatimah binti As'ad di uji. Ia harus melepas kepergian Ja’far putranya yang diangkat sebagai ketua rombongan kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah. Ia sedih berpisah dengan putranya, namun ia tetap tegar. Ja’far hijrah bersama istrinya.

Sadar upaya menghambat perkembangan Islam selama ini kurang membuahkan hasil, orang-orang Quraisy menempuh cara baru, yaitu dengan mengisolasi keluarga besar Bani Hasyim dari dunia luar. Orang-orang lain dilarang berhubungan dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Kaum muslimin, termasuk Fatimah binti Asad, menghadapi pengucilan ini dengan sabar dan mengharap ridha Allah. Penderitaan yang dihadapi kaum muslimin sungguh sangat berat, hingga mereka makan dedaunan.

Akhirnya, orang-orang Quraisy sadar bahwa isolasi puntidak akan menggoyahkan keimana kaum muslimin, bahkan mereka menghadapi semua cobaan denag sabar. Orang-orang Quraisy takjub dengan ketegaran kaum wanita dan anak-anak muslim, padahal isolasi ini berlangsung selama tiga tahun.

Sejarawan Ibnu Sa’d menuturkan, ‘’ ketika orang-orang Quraisy mengetahui ketegaran kaum muslimin, mereka tertunduk lesu. Isolasi tiu berakhir pada tahun ke-7 kenabian.’’

Pada tahun ke-7 kenabian inilah, Ummul Mukmnin Khadijah ra. ( istri Rasul ) meninggal dunia. Kemudian disusul oleh ( Abu Thalib ) paman Rasul. Dua orang yang selama ini melindungi Rasulullah dari keganasan kaum kafir. Meniggalnya mereka, membuat kaum kafr semakin garang. Dan penderitaan kaum Muslimin semakin berat, hingga Allah mengizinkan kaum Muslimin hijrah ke Madinah.

Hijrah ke Madinah.

Rasulullah sudah mengizinkan kaum Muslimin untuk hijrah ke Madinah. Dan Fatimah Asad termasuk rombongan kaum Muslimin yang hijrah ke Madinah, meninggalkan harta benda miliknya di Makkah demi menyelamatkan iman dan akidahnya.

Di Madinah, Fatimah disambut oleh kaum Muslimah Madinah dengan baik. Hari demi hari, keimanan Fatimah semakin mantap.

Fatimah binti Asad di mata Rasulullah.

Nabi sangat sayang kepada Fatimah binti Asad, layaknya seorang anak dan ibunya. Beliau sering mengunjunginya dan memberi hadiah. Perhatian beliau kepada Fatimah separti perhatian Fatimah kepada beliau saat masih kecil.

Ali ra. Menceritakan, ‘’ Nabi memberiku kain brokat dan berkata, ‘ jadikan beberapa penutup kepala untuk para Fatimah.’ Lalu kujadikan empat penutup kepala. Satu untuk Fatimah putri Rasulullah, satu untuk Fatimah binti Asad, satu untuk Fatimah binti hamzah.’’ Ali tidak menyebut Fatimah yang keempat.

Fatimah binti Asad di mata para sahabat Nabi.

Fatimah binti  Asad ra. Sangat dihormati oleh para sahabat Nabi. Dalam sebuah syairnya, Hajjaj bin ‘Alath As-Salami memuji Ali bin Abu Thalib ra. Ketika membunuh Thalhah bin Abu Thalhah, pembawa panji pasukan kafir di perang Uhud. Dalam pujiannya itu, Hajjaj menyebut-nyebut ibunya Ali ra.

Lihatlah putra Fatimah di medan laga

Setiap pendosa takluk di hadapannya

Thalhah si pengibar bendera

Tersungkur di hadapannya

Sungguh, pedang telah engkau kibaskan

Menyingkirkan kebatilan dan meninggikan kebenaran

Pedang yang kau bawa terus berlumuran darah

Tak kan kau sarungkan sebelum hilang dahaganya

 Ibu mertua yang baik.

Setelah Ali bin Abu Thalib menikah dengan Fatimah putri Rasulullah, Fatimah binti Asad menjalankan tugas sebagai ibu kandung dan mertua dengan baik. Ia sangat sayang kepada menantunya. Bahkan, ia membantu Fatimah binti Muhammad dalam menyelesaikan tugas rumah tangga.

Ali ra menuturkan, ‘’ pernah berkata kepada ibuku ( Fatimah binti Asad ), ‘ biarkan Fatimah yang mengambil air dan berbelanja. Ibu yang menbuat tepung dan bubur.

Saatnya bepisah.

Fatimah binti Asad menjalani hidupini dengan bahagia dalam naungan iman dan tauhid. Ia rajin ibadah, shalat dan puasa. Hingga akhirnya ia kembali kepada sany pencipta.

Ia meninggal dan di makamkan di Madinah. Rasulullah sendiri yang masuk ke liang lahatnya dan menguburkannya. Sungguh satu kemuliannya tersendiri.

Sejarawan Samhudi menyebutkan bahwa Nabi tidak masuk ke liang lahat kecuali dalam lima kuburan; tiga perempuan dan dua laki-laki. Diantaranya adalahkuburan Khadijah ra. Di Makkah, dan empat lagi di Madinah; kuburan putra Khadijah yang diasuh oleh Rasulullah, kuburan Abdullah Al-Muzani, kuburan Ummu Ruman ( ibunya Ummul Mukminin Aisyah ra. ), dan kuburan Fatimah binti Asad.

Balas budi dan kemuliaan.

Beginilah kepribadian Rasulullah yang terkenal pandai balas budi.beliau tidak pernah melupakan jasa wanita shalihah yang merupakan ibu keduanya.beliau masuk ke liang lahat Fatimah binti Asad untuk menguburkannya dengan tangannya sendiri. Sungguh satu kehormatan tersendiri bagi Fatimah binti Asad.

Anas bin Malik menuturkan, ‘’ ketika Fatimah binti Asad bin Hasyim wafat, Rasulullah masuk ke tempat istirahatnya, lalu duduk di sebelah kepala dan berkata, ‘’ bu…., Allah merahmati ibu. Ibu adalah ibu keduaku. Ibu rela lapar untuk membuatku kenyang. Ibu rela berpakaian lusuh demi untuk mencarikanku pakaian yang layak. Ibu rela mengonsumsi makanan yang tidak enak demi memberiku makanan yang enak. Semua itu ibu lakukan untuk mecari ridha Allah dan kenikamatan di Akhirat.

Setelah itu, beliau menyuruh agar jenazah Fatimah dimandikan tiga kali. Ketika tiba giliran dimandikan dengan air yang bercampur kamper ( kapur barus ), beliau menyiramkannya sendiri. Lalu, beliau melepas gamisnya dan memakaikannya kepada Fatimah binti Asad, dan mengafaninya dengan burdah beliau. Setelah itu beliau memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayub Al-Anshari, Umar bin Khaththab dan seorang pemuda berkulit hitam untuk menggali kuburan. Mereka pun menggali kuburan. Ketika sudah sampai batas lahatnya, beliau yang meneruskan menggali dengan tangannya, dan mengeluarkan tanah dengan tangannya. Selesai menggali, beliau masuk liang lahat lalu rebahan di dalam kuburan itu, dan berkata, ‘’ Ya Allah yang menghidupkan dan mematikan, yang hidup dan tidak akan mati, ampunilah ibuku Fatimah binti Asad. Mudahkan jawabannya. Luaskan tempat masuknya,melalui hak Nabimu dan para Nabi sebelumku. Engkaulah yang Maha Pengasih. Beliau bertakbir untuknya empat kali, lau beliau dibantu Abbas ( paman beliau ) dan Abu Bakar memasukkannya ke liang lahat.

Ibnu Abbas ra. menuturkan, ‘’ ketika Fatimah ibunya Ali bin Abu Thalib wafat, Nabi melepas gamisnyadan memakaikannya kepadanya. Beliau rebahan di dalam kuburannya. Ketiak beliau menimbunnya dengan tanah, sebagian sahabat bertanya, ‘’ Ya Rasul, belum pernah engkau melakukan seperti ini.’’ Beliau menjawab, ‘’ gamisku kupakaikan kepada nya supaya dia memakai pakaian surga.’’ Aku rebahan di dalam kubur di sisinya agar dia diringkan dari tekanan kubur. Selain Abu Thalib, tiada yang lebih baik perlakuannya terhadapku daripada dia.

Semoga Allah meridhainya dan menjadikan surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya.

            

Ditulis ulang dari 35 Sirah Shahabiyah

Oleh : Qois Syahida