Sabtu, 13 Agustus 2022

Merehabilitasi Mental dengan Sholat

 

Sejak wahyu Alquran turun pertama kali, janji sekaligus harapan kemenangan sebenarnya sudah diperuntukkan bagi kaum muslimin. Janji kemenangan itu juga diulang-ulang dalam lantunan azan yang mengumandang setiap waktu. Hayya'ala Al-falah. Mari songsong dan rebut kemenangan. Janji Allah itu mutlak pasti terjadi. Namun sebelum itu, membutuhkan usaha dan kesungguhan. Setidaknya dengan menenangkan pertarungan pada setiap panggilan salat lima waktu. Bahwa salat bukan hanya ibadah secara ritual saja, tetapi juga sebagai syarat kemenangan yang diharapkan.

Peluang sekaligus tantangan ini penting untuk selalu diulang-ulang dan disegerakan kepada seluruh kaum muslimin. Sebab disadari, the clash of Civilization (benturan peradaban) itu memang terjadi. Tak bisa dihindari.

Ada pertarungan abadi dalam kehidupan manusia. Antara para pengusung kebenaran (Al-Haq) dan kebaikan (Ahlu al-khair), dengan mereka yang lebih suka dengan kesesatan (al-bathil) dan kejahatan (Ahlu asy-syar)

Apalagi, ajaran Islam bersifat universal, mencangkup alam sekitar. Dalam Alquran biasa disebut kafatan linnas (menjangkau segenap umat manusia), dan rahmatan lil alamin (Rahmat untuk seluruh alam semesta)

Untuk itu, menghadapi potensi benturan tersebut, jauh-jauh hari Allah telah mempersiapkan segala sesuatu melalui Alquran.hal itu juga diajarkan secara tuntas kepada Rasulullah Muhammad melalui teladan dalam keseharian.

Menyerap Mukjizat

Realitasnya, bisa dikata sebagai kaum muslimin di lapangan belum mampu memberi warna kepada umat manusia dan lingkungannya. Peradaban modern terus berkembang tanpa nyaris tersentuh oleh shibgah (celupan) agama. Umat Islam justru seperti jadi bulan-bulanan resmi pengusaha dzolim. Akibatnya, sebagian jadi kehilangan kepercayaan diri. 'Izzah (kemuliaan) Islam seolah tergerus Dan mereka tak lagi merasakan wibawa itu.

Timbul pertanyaan, apakah resep yang telah Allah turunkan masih ada kekurangan? Apakah tidak sesuai dengan desain yang benar sesuai petunjuknya.

Padahal, jangankan Alquran sebagai mukjizat secara keseluruhan. perintah salat saja sudah luar biasa jaminan kehebatannya. Sayang, jujur diakui bawa kekuatan salat yang kita kerjakan belum pernah tercicipi dengan baik. Ada nilai tambah yang belum pernah dirasakan selain untuk menggugurkan kewajiban saja.

Kita semua tentu bersyukur masih terpanggil untuk menunaikan salat lima waktu. Namun apa yang kita dapatkan dari rukun Islam kedua ini?

Sebagian kita harus mengaku bahwa rasa itu masih terlalu hambar. Bahkan nyaris. Tidak ada getaran apa-apa dalam diri usai mengerjakan salat.

Rasanya kita belum berhasil merehabilitasi mental dan jiwa. Sehingga perasaan dan suasana hati seolah tidak berada antara salat dan di luar salat. Padahal salat adalah wahana kontak dan komunikasi secara langsung antara hamba dengan penciptanya.

Kondisi demikian tentu indikasi bahwa salat tersebut belum menghasilkan apa-apa. Kecuali gurunya kewajiban saja.

Momentum

Kondisi serupa sebenarnya sedang terjadi di luar sana. Kaum non muslim juga tengah menghadapi persoalan yang tak kunjung ada habisnya.

Peradaban materialisme dan kapitalisme yang diusung oleh negara-negara besar sedang menuju titik jenuh. Masyarakat barat dilanda krisis moral. Di mana-mana terjadi demonstrasi. Rakyat mulai menggeliat. Mereka perlahan muak dan jijik dengan slogan kebebasan yang digaungkann selama ini. Berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) independen muncul, sebagai bentuk protes kebijakan para penguasa.

Sejumlah keresahan ini tentu harus ditangkap sebagai peluang dan tantangan. Jika masyarakat dunia mulai resah lalu apa yang Islam tawarkan dan sodorkan pada mereka?

Ini bukan sekedar momen yang terbilang strategis. Lebih dari itu, ini adalah tanggung jawab Islam menebar pesona sebagai rahmatan lil alamin dan kafatan

Tak perlu menghabiskan waktu mengurus persoalan yang sifatnya remeh-temeh. Cukup fokus saja memunculkan pesona Islam tersebut sebagai kekuatan dan jaminan kemenangan.

Dengan kesadaran panggilan iman dalam rehabilitas mental dan kondisi umat Islam, maka bukan hal fantastis atau mustahil Allah berkenan memberikan bantuan dan pertolongannya. Yakni yakni mengubah nasib umat Islam menjadi pemenang sekaligus mengatur setiap urusan dalam kehidupan manusia. di sini lah pentingnya kalimat syahadat benar-benar diserapi oleh jiwa-jiwa setiap muslim. Masalahnya, harus jujur diakui pula, kita belum mendalami secara intensif dan serius ajaran Islam tentang potensi kekuatan syahadat. Tanyakan, syarat hanya dikenal sebagai rukun Islam pertama saja. Tanpa tahu lebih jauh dahsyatnya kekuatan syahadat itu. Padahal, jika ucapan ini betul-betul berkecambah niscaya akan melahirkan suatu sikap mental dan kesadaran yang luar biasa bagi setiap orang beriman.

Editor : Karima Melati (24), Zahra Atta Faridho (23), Ratnaning Rahayu (19), Paula Victoria (18), Elang Cahya H (9) / Kelompok 2_X Boga2

1 komentar: