Kamis, 11 Agustus 2022

Menjaga Lisan ( Materi Akhlaq )

Jika ada dua orang wanita atau lebih berbicara seraya berbisik bisik ,sesekali memandang orang di depannya dan tertawa-tawa,apa yang terlintas di benak anda tentang mereka ? Ya,biasanya,mengghibah.

Mungkin menjadi jawaban dan prasangka buruk terhadap mereka,atau terlintas jawaban,mungkin mereka sedang membicarakan hal yang mereka anggap  lucu  dan menggelikan.

Apapun jawaban/prasangka yang ditujukan untuk mereka ,memang di akui ,jika beberapa wanita berkumpul niscaya tidak luput dari bincang-bincang ngalor ngidul yang tak jarang menyerempet ke hal-hal yang di haramkan .mengghibah alias  membicarakan keburukan / hal yang tidak di sukai orang lain misalnya. Wanita yang menurut suatu penelitian diberi kemampuan bertutur kata tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan pria,seringkali tergelincir dalam dosa saat berkumpul satu sama lain disengaja atau tidak . Yang demikian tidak hanya menimpa umumnya wanita. Wanita- wanita mulia pendamping rosulullah pernah mendapat teguran langsung dari Allah ,yang kisah mereka menjadi sebab turunnya awal mula surat at-tahrim . Ketika dua istri beliau terlibat dalam makar yang ditujukan untuk masuk mereka yang lainnya.

  Lisan yg diciptakan tdk bertulang,memang menjadi ujian terberat manusia, khususnya wanita yg diberikan kemampuan berkata-kata lebih banyak dibandingkan pria. Tdk sedikit hati terluka, permusuhan dan dendam berkepan jangan,bahkan dosa beser terjadi,karena lisan yg tdk ditahan kendalinya.

  Rasulullah yg dikutip dari adabul mufrod milik Imam Bukhori berikut; dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata,pernah ditanyakan kpd Rasullullah Shalallahu alaihi wa salam,hai Rasullullah, sesungguhnya Si Faulanah suka sholat malam,shoum di siang hari,mengajarkan(berbagai kebaikan) dan bersedekah hanya saja ia mengganggu para tetangganya dng lisannya?". Bersabda Rasulullah,"Tiada kebaikan padanya,dia termasuk penghuni neraka". Mereka bertanya lagi,"Sesungguhnya Si Faulanah (yg lain) mengerjakan (hanya) sholat wajib dan bersedekah dng sepotong keju,namun tdk pernah mengganggu seorangpun?". Bersabda Rasulullah,"Dia termasuk penghuni surga".

  Lisan wanita tdk hanya ketika berkumpul sesama wanita saja harus dijaga,ketika sendiripun kadang lisannya liar berkata dan mengomentari apa yg dilihatnya. Ketika melihat orng lebih gemuk darinya misalnya, ia berkomentar,"ih,harusnya orng itu pakai baju yg cocok untuk ukuran tubuhnya",atau"ga matching banget,sih baju orng itu,"dan seterusnya.

Suatu saat, Rasulullah pernah menegur ibunda Aisyah RA atas kata-kata yang ia lontarkan untuk istri Rasulullah lainnya, yaitu Shofiyyah, sebagaimana yang di tuturkan ibunda Aisyah sendiri;"saya pernah berkata Kpd nabi,'Shofiyah itu begini dan begitu'. Rawi selain Musaddad berkata'Aisyah bermaksud menggatkan bahwa Sofiyah pendek. Maka Nabi kemudia berkata,'sungguh kamu telah mengucapkan suatu kalimat,yg seandainya kalimat tersebut dicampur dng air laut niscaya ia akan mengubah rasanya'. Saya juga pernah menirukan seseorang. Lalu beliau berkata'saya tdk suka mengejek seseorang,sekalipun saya akan memperoleh keuntungan ini dan itu". ( HR: Abu Daud) 

  Semenjak memasuki era digital,dan smart phone menjadi pegangan wajib setiap orng,kata"yg diucapkan lisan tergambar dlm tulisan. Bahkan yg dikomentari tdk saja orng yg dilihatnya,tetapi seantero dunia dikomentari. Padahal,tulisan juga memiliki kekuatan yg sama dng apa yg dilisankan. Tulisan dpt berbicara selayaknya lisan.

  Agar wanita muslimah terhindar dari bahaya lisan, ada nasihat bijak Rasulullah harus dijadikan pegangan. Nabi bersabda "barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR al-Bukhori)

Editor : Aulia Isya (03) Mutiara Fitri Wulandari (11)Riska Amelia (16)_X KC

1 komentar: