‘’ Kupakaikan gamisku kepadanya agar
dia bisa memakai pakaian surga ‘’ ( Muhammad Rasulullah Saw).
Shahabiyah yang teramat mulia. Allah
memberikan banyak sifat mulia dan keistimewaan yang sama sekali belum terpikir oleh
siapapun. Kiprahnya dalam proses perjuangan Islam terukir indah dalam sejarah.
Dialah wanita yang mendidik
Rasulullah saw. Setelah Abdul Muthalib ( kakek Rasul ) meninggal dunia.
Dialah ibu dari pejuang gagah
berani, Khalidha Rasidah keempat, Ali bin Abu Thalib ra.
Dialah nenek dari dua pemuda
pemimpin para pemuda surga, Hasan ra. Dan Husain ra.
Dialah ibu dari pahlawan gagah berani yang
gugur sebagai syahid dan lalu Rasullulah melihanya terbang dengan dua sayapnya
di surga, satu dari tiga panglima perang Mu’tah, Ja’far bin Abu Thalib ra.
Dia juga mertua dari wanita terbaik
di zamannya, Fatimah binti Rasulullah saw.
Sungguh seorang wanita yang diberi
banyak keistimewaan dan kelebihan. Dilah shahabiyah agung yang bernama Fatimah
binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf Al-
Hasimiyah. Ibu dari Ali bin Abu Thalib ra. Dan ibu mertua Fatimah. Ia masuk Islam, ikut dalam rombongan
pertama yang hijrah ke Madinah. Wanita dari Bani Hasyim yang melahirkan anak
laki-laki bernasabkan Bani Hasyim.
Sejenak
kita renungkan.
Sebelum kita lanjutan perjalanan
indah ini, sengaja saya ajak pembaca sekalian untuk merenungkan kiprah penting
shahabiyah mulia ini dalam usahanya memperjuangkan Islam.
Rasulullah saw. Pernah bersabda,
‘’Barang siapa menyiapkan seorang tentara ( untuk berperang ) di jalan Allah,
maka dia sudah berperang. Dan barang siapa mengurus keluarga yang ditinggal
perang dengan baik , maka dia sudah berperang pahalanya sama dengan pahala
berperang secara langsung.
Riwayat lain menyebutkan, ‘’ Barang
sipa menyipakn tentara ( untuk berperang ) di jalan Allah, maka ia mendapatkan
pahala seperti yang di dapat oleh tentara itu, tanpa mengurangi sedikit pun
pahala tentara tersebut.
Rasulullah juga bersabda, ‘’Aku dan
pengurus anak yatim di surga, seperti ini, beliau menunjukkan jari telunjuk dan
jari tengah dan merenggangkan dua jari itu.
Lantas, bagaimana dengan wanita yang
mengurus anak yatim termulia dan teragung, yang tidak lain adalah Nabi kita
sendiri; Muhammad saw. Dimana keyatiman beliau sekaligus mengangkat derajat
semua anak yatim.
Pernahkah kita membayangkan
kemuliaan shahabiyah agung ini, yang telah mengurus Nabi kita dengan sepenuh
jiwa dan raga? Bahkan, nyawa pun rela ia pertarukan demi keselamatan
Rasulullah.
Jika kita tahu bahwa dia adalah
wanita dari suku Quraisy, maka keheranan kita sedikit terobati. Lihatlah
predikat wanita Quraisy yangdisabdakan Nabi saw., ‘’ wanita Quraisy jago
menunggang unta. Wanita Quraisy yang paling baik adalah yang paling sayang
kepada anak kecil dan menjaga harta suami dengan baik’’
Dari
sini kita mulai.
Setelah orang tua Nabi saw.
Meninggal dunia, beliau dirawat oleh kakekknya ( Abdul Muthalib ) yang sangat
menyayanginya. Tidak lama kemudian, Abdul Muthalib merasakan ajalnya sudah
dekat, maka ia berpesan kepada anaknya untuk merawat Nabi saw dengan baik.
Pilihan ia jatuh kepada Abu Thalib karena ayah Nabi ( Abdullah ) dan Abu Thalib
adalah saudara seayah dan seibu. Selain itu, Abdul Muthalib merasakan bahwa
istri Abu Thalib sangat penyayang. Maka yang bisa merawat Muhammad dengan penuh
kasih sayang hanyalah wanita ini.
Akhirnya Abdul Muthalib meniggal
dunia, dan Nabi pindah ke rumah Abu Thalib. Di rumah itu, Rasulullah
mendapatkan wanita yang penuh kasih sayang, sehingga beliau merasakan bahwa
wanita itu adalah ibu keduanya.
Fatimah binti As'ad ra. Merawat dan
menjaga dengan penuh kasih sayang, bahkan melebihi anak kandungnya sendiri.
Berkah
mulai dirasakan keluarga Abu Thalib.
Abu Thalib dan keluarganya hidup
serba kekurangan. Anak-anak mereka tidak pernah makan sampai kenyang. Namun,
setelah Nabi tinggal di rumah mereka, kondisi itu berubah. Terutama saat makan
dan Nabi ikut makan bersama mereka. Makanan yang terlihathanya sedikit, namun
bisa membuat kenyang semua anggota keluarga.
Jika mereka makan tanpa Nabi, mereka
tidak merasa kenyang. Tapi, ketika Nabi ikut makan bersama mereka, mereka bisa
merasa kenyang. Sehingga, ketika tiba waktu makan,Abu Thalib melarang seluruh
anggota keluargamakan sebelum Nabi memulainya.
Jika mereka sedang minum susu, maka
Nabi dipersilahkan minum susuitu terlebih dahulu. Meskipun susu itu hanya satu
gelas, cukup untuk mengenyang seluruh anggota keluarga. Hingga Abu Thalib
berkata kepada Nabi, ‘’ engkau anak yang diberkahi ‘’
Saat bangun tidur, anak-anak Abu
Thalib mukanya kusut dan rambutnya awut-awutan. Berbeda dengan Nabi, beliau
bangun tidur di pagi haridalam keadaan sudah rapi, bahkan ranbutnya sudah
berminyak dan tersisir rapi.
Kasih
sayang semakin bertambah.
Inilah berkah yang pertamakali ia
rasakan oleh Fatimah binti Asad dalam keluarganya. Ia hampir tidak mempercayai
apa yang ia lihat. Tapi itu semua nyata. Kini ia semakin sayang kepada Nabi
hingga Nabi merasakan bahwa limpahan kasih sayang yang diberikan oleh Fatimah
binti Asadadalah pengganti kasih sayangibunya yang sudah wafat.
Fatimah binti As'ad merawat Nabi
sejak anak-anak hingga menjadi pemuda, dengan penuh kasih sayang dan kemuliaan.
Hingga Nabi menikah dengan Khadijah.
Fatimah binti Asad sering mendengar
apa yang dibicarakan orang-orang, juga dari suaminya ( Abu Thalib ) bahwa keponakannya
itu diberi kemuliaan besar.
Ia
juga mendengar berkah yang diterima Muhammad muda ketika pergi berdagangbersama
suaminya ke Syam. Dari Maisarah ( laki-laki pembantu Khadijah ), ia juga
mendengar sifat-sifat baik yang dimiliki Muhammad muda, saat menjalankan bisnis
Khadijah ra ke negeri Syam.
Permata
hatinya di rumah Rasulullah saw.
Lihatlah bagaimana Fatimah binti
Asad mendorong anaknya ( Ali bin Abu Thalib ) untuk tinggal bersama Rasulullah.
Ia melihat Rasulullah sebagai ayah yang penuh kasih sayang. Ia juga melihat
bahwa sebelum ini Rasulullah sangat perhatian kepada Ali.
Dikisahkan bahwa Fatimah binti As'ad
berkata, ‘’ ketika bayi lahir, Rasulullah memberinya nama Ali. Lalu beliau
meludah di mulutnya, memasukkan lidahnya ke mulut bayi itu. Bayi itu terus
mengisap lidah Nabi hingga Ali tertidur. Esok harinya, kami mencarikan ibu
susuan. Namun Ali tidak mau menerima sus wanita manapun.kami memanggil
Rasulullah,beliau memasukkan lidahnya ke mulut Ali, lalu Ali mengisapnya hingga
tertidur. Itulah kehendak Allah swt.
Sejarawan ibu Ishaq menulis, ‘’
Diantara nikmat dan kebaikan yang diberikan Allah kepada Ali ra. Adalah
tercukupinya kebutuhannya, padahal Abu Thalib memiliki tanggungan keluarga yang
cukup banyak. Ketika itu, orang-orang Quraisy ditimpa paceklik. Muhammad muda
berkata kapada Abbas (satu dari pamannya) yang hidupnya kecukupan,
‘’ Paman Abbas, paman Abu Thalib memiliki tanggungan keluarga yang cukup
banyak. Dan paman tahu, ini masa paceklik. Bagaimana kalau kita meringankan
beban paman Abu Thalib. Aku menanggung satu anaknya, dan paman Abbas menanggung
satu anaknya? ‘’Abbas setuju. Lalu mereka datang ke rumah Abu Thalib dan
mengutarakan maksud kedatangan mereka. Abu Thalib setuju seraya berkata, ‘’
terima kasih atas kebaikan kalian. Silakan, pilih dari anak-anakku, asalkan
jangan Aqil. ‘’
Muhammad muda memilih Ali dan Abbas
memilih Ja’far. Ali tinggal di rumah Muhammad, hingga beliau diangkat menjadi
Nabi, dan Ali langsung mengimani apa yang didakwahkan Rasulullah.
Kebahagiaan itu datang juga.
Detik-detik yang ditunggu oleh alam
semesta akhirnya datang juga. Muhammad diutus sebagai Nabi untuk menyebarkan
cahaya dan kebaikan. Muhammad diangkat sebagai Nabi untuk menyelamatkan manusia
dari kehinaan syirik dan kekafiran.
Ketika Allah menurunkan firman-nya,
‘’ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. ‘’ (
As-Syuara’ : 214 ), Rasulullah langsung menyeru keluarga beliau menuju kapada
kebaikan dunia dan akhirat. Dan Fatimah
binti Asad termasuk orang-orang yang tanpa ragu mengikuti seruan Rasulullah. Ia
ucapakan dua kalimat syahadat, ‘’ Laa Ilahaa Illallah, Muhammadur Rasulullah
‘’. Semangat dua kalimat syahadat mengalir ke setiap aliran darahnya. Sementara
suaminya ( Abu Thalib ) meminta maaf karena belum bisa masuk Islam. Semua anak
Fatimah masuk Islam, tidak ketinggalan Ali bin Abu Thalib.
Allah
mengubah yang sulit menjadi mudah.
Fatimah binti Asad menjalani
kehidupan baru. Kehidupan yang dengan penuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-nya
yang sejak kecil ia rawat dengan penuh kasih sayang. Ajaran-ajaran Islam ia
terima dengan baik séhingga ia merasakan kebahagiaan yang selama ini belum
penah ia rasakan.
Akan tetapi musuh-musuh Islam selalu
mengintai kondisi kaum muslim. Mereka marah karena keyakinan mereka diusik.
Mereka tumpahkan kemarahan mereka itu kepada kaum muslimin.
Ketika Rasulullah saw. Mengetahui
penderitaan yang menimpa kaum muslimin, beliau mengizinkan mereka hijrah ke
Habasyah. Di sinilah Fatimah binti As'ad di uji. Ia harus melepas kepergian
Ja’far putranya yang diangkat sebagai ketua rombongan kaum muslimin yang hijrah
ke Habasyah. Ia sedih berpisah dengan putranya, namun ia tetap tegar. Ja’far
hijrah bersama istrinya.
Sadar upaya menghambat perkembangan
Islam selama ini kurang membuahkan hasil, orang-orang Quraisy menempuh cara
baru, yaitu dengan mengisolasi keluarga besar Bani Hasyim dari dunia luar.
Orang-orang lain dilarang berhubungan dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib. Kaum muslimin, termasuk Fatimah binti Asad, menghadapi pengucilan ini
dengan sabar dan mengharap ridha Allah. Penderitaan yang dihadapi kaum muslimin
sungguh sangat berat, hingga mereka makan dedaunan.
Akhirnya, orang-orang Quraisy sadar
bahwa isolasi puntidak akan menggoyahkan keimana kaum muslimin, bahkan mereka
menghadapi semua cobaan denag sabar. Orang-orang Quraisy takjub dengan
ketegaran kaum wanita dan anak-anak muslim, padahal isolasi ini berlangsung
selama tiga tahun.
Sejarawan Ibnu Sa’d menuturkan, ‘’
ketika orang-orang Quraisy mengetahui ketegaran kaum muslimin, mereka tertunduk
lesu. Isolasi tiu berakhir pada tahun ke-7 kenabian.’’
Pada tahun ke-7 kenabian inilah,
Ummul Mukmnin Khadijah ra. ( istri Rasul ) meninggal dunia. Kemudian disusul
oleh ( Abu Thalib ) paman Rasul. Dua orang yang selama ini melindungi
Rasulullah dari keganasan kaum kafir. Meniggalnya mereka, membuat kaum kafr
semakin garang. Dan penderitaan kaum Muslimin semakin berat, hingga Allah
mengizinkan kaum Muslimin hijrah ke Madinah.
Hijrah
ke Madinah.
Rasulullah sudah mengizinkan kaum
Muslimin untuk hijrah ke Madinah. Dan Fatimah Asad termasuk rombongan kaum
Muslimin yang hijrah ke Madinah, meninggalkan harta benda miliknya di Makkah
demi menyelamatkan iman dan akidahnya.
Di Madinah, Fatimah disambut oleh
kaum Muslimah Madinah dengan baik. Hari demi hari, keimanan Fatimah semakin
mantap.
Fatimah
binti Asad di mata Rasulullah.
Nabi sangat sayang kepada Fatimah
binti Asad, layaknya seorang anak dan ibunya. Beliau sering mengunjunginya dan
memberi hadiah. Perhatian beliau kepada Fatimah separti perhatian Fatimah
kepada beliau saat masih kecil.
Ali ra. Menceritakan, ‘’ Nabi memberiku
kain brokat dan berkata, ‘ jadikan beberapa penutup kepala untuk para Fatimah.’
Lalu kujadikan empat penutup kepala. Satu untuk Fatimah putri Rasulullah, satu
untuk Fatimah binti Asad, satu untuk Fatimah binti hamzah.’’ Ali tidak menyebut
Fatimah yang keempat.
Fatimah
binti Asad di mata para sahabat Nabi.
Fatimah binti Asad ra. Sangat dihormati oleh para sahabat
Nabi. Dalam sebuah syairnya, Hajjaj bin ‘Alath As-Salami memuji Ali bin Abu
Thalib ra. Ketika membunuh Thalhah bin Abu Thalhah, pembawa panji pasukan kafir
di perang Uhud. Dalam pujiannya itu, Hajjaj menyebut-nyebut ibunya Ali ra.
Lihatlah
putra Fatimah di medan laga
Setiap
pendosa takluk di hadapannya
Thalhah
si pengibar bendera
Tersungkur
di hadapannya
Sungguh,
pedang telah engkau kibaskan
Menyingkirkan
kebatilan dan meninggikan kebenaran
Pedang
yang kau bawa terus berlumuran darah
Tak
kan kau sarungkan sebelum hilang dahaganya
Ibu
mertua yang baik.
Setelah Ali bin Abu Thalib menikah
dengan Fatimah putri Rasulullah, Fatimah binti Asad menjalankan tugas sebagai
ibu kandung dan mertua dengan baik. Ia sangat sayang kepada menantunya. Bahkan,
ia membantu Fatimah binti Muhammad dalam menyelesaikan tugas rumah tangga.
Ali ra menuturkan, ‘’ pernah berkata
kepada ibuku ( Fatimah binti Asad ), ‘ biarkan Fatimah yang mengambil air dan
berbelanja. Ibu yang menbuat tepung dan bubur.
Saatnya
bepisah.
Fatimah binti Asad menjalani
hidupini dengan bahagia dalam naungan iman dan tauhid. Ia rajin ibadah, shalat
dan puasa. Hingga akhirnya ia kembali kepada sany pencipta.
Ia meninggal dan di makamkan di
Madinah. Rasulullah sendiri yang masuk ke liang lahatnya dan menguburkannya.
Sungguh satu kemuliannya tersendiri.
Sejarawan Samhudi menyebutkan bahwa
Nabi tidak masuk ke liang lahat kecuali dalam lima kuburan; tiga perempuan dan
dua laki-laki. Diantaranya adalahkuburan Khadijah ra. Di Makkah, dan empat lagi
di Madinah; kuburan putra Khadijah yang diasuh oleh Rasulullah, kuburan
Abdullah Al-Muzani, kuburan Ummu Ruman ( ibunya Ummul Mukminin Aisyah ra. ),
dan kuburan Fatimah binti Asad.
Balas
budi dan kemuliaan.
Beginilah kepribadian Rasulullah
yang terkenal pandai balas budi.beliau tidak pernah melupakan jasa wanita
shalihah yang merupakan ibu keduanya.beliau masuk ke liang lahat Fatimah binti
Asad untuk menguburkannya dengan tangannya sendiri. Sungguh satu kehormatan
tersendiri bagi Fatimah binti Asad.
Anas bin Malik menuturkan, ‘’ ketika
Fatimah binti Asad bin Hasyim wafat, Rasulullah masuk ke tempat istirahatnya,
lalu duduk di sebelah kepala dan berkata, ‘’ bu…., Allah merahmati ibu. Ibu
adalah ibu keduaku. Ibu rela lapar untuk membuatku kenyang. Ibu rela berpakaian
lusuh demi untuk mencarikanku pakaian yang layak. Ibu rela mengonsumsi makanan
yang tidak enak demi memberiku makanan yang enak. Semua itu ibu lakukan untuk
mecari ridha Allah dan kenikamatan di Akhirat.
Setelah itu, beliau menyuruh agar
jenazah Fatimah dimandikan tiga kali. Ketika tiba giliran dimandikan dengan air
yang bercampur kamper ( kapur barus ), beliau menyiramkannya sendiri. Lalu,
beliau melepas gamisnya dan memakaikannya kepada Fatimah binti Asad, dan
mengafaninya dengan burdah beliau. Setelah itu beliau memanggil Usamah bin
Zaid, Abu Ayub Al-Anshari, Umar bin Khaththab dan seorang pemuda berkulit hitam
untuk menggali kuburan. Mereka pun menggali kuburan. Ketika sudah sampai batas
lahatnya, beliau yang meneruskan menggali dengan tangannya, dan mengeluarkan
tanah dengan tangannya. Selesai menggali, beliau masuk liang lahat lalu rebahan
di dalam kuburan itu, dan berkata, ‘’ Ya Allah yang menghidupkan dan mematikan,
yang hidup dan tidak akan mati, ampunilah ibuku Fatimah binti Asad. Mudahkan
jawabannya. Luaskan tempat masuknya,melalui hak Nabimu dan para Nabi sebelumku.
Engkaulah yang Maha Pengasih. Beliau bertakbir untuknya empat kali, lau beliau
dibantu Abbas ( paman beliau ) dan Abu Bakar memasukkannya ke liang lahat.
Ibnu Abbas ra. menuturkan, ‘’
ketika Fatimah ibunya Ali bin Abu Thalib wafat, Nabi melepas gamisnyadan
memakaikannya kepadanya. Beliau rebahan di dalam kuburannya. Ketiak beliau
menimbunnya dengan tanah, sebagian sahabat bertanya, ‘’ Ya Rasul, belum pernah
engkau melakukan seperti ini.’’ Beliau menjawab, ‘’ gamisku kupakaikan kepada
nya supaya dia memakai pakaian surga.’’ Aku rebahan di dalam kubur di sisinya
agar dia diringkan dari tekanan kubur. Selain Abu Thalib, tiada yang lebih baik
perlakuannya terhadapku daripada dia.
Semoga Allah meridhainya dan menjadikan
surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya.
Ditulis ulang dari 35 Sirah Shahabiyah
Oleh : Qois Syahida